LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIKA
DASAR II
“PEMANTULAN
CAHAYA PADA BIDANG LENKUNG”
Oleh:
Nama :
Rahdi
NPM :
A1E011025
Semester :
II A
Kelompok :
1 (satu)
Tanggal
praktikum : 03 Mei 2012
Asisten Dosen :
Ludi Endano (A1E009075)
UNIVERSITAS
BENGKULU
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LABORATORIUM
PENGAJARAN FISIKA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tentunya sering
melihat cermin cembung dan cermin cekung. Misalnya kita sering melihat cermin cembung
yang ada di tikungan jalan, pada spion, dan yang ada di toko-toko. Ini
tentunya ada sifat-sifat tertentu yang dihasilkan pada cermin tersebut
sehingga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari begitu juga dengan cahaya
yang dipantulkannya.
Cermin yang kita ketahui yaitu cermin cembung dan
cermin cekung. Kedua macam cermin lengkung ini memiliki sifatnya masing-masing
dalam memantulkan cahaya. Untuk mengetahui bagaimana
pemantulan yang terjadi pada cermin
lengkung. maka dilakukan
praktikum yang berhubungan dengan hal tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
hal-hal tersebut ,maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sifat
pemantulan cahaya pada cermin cekung ?
2. Bagaimanakah sifat pemantulan
cahaya pada cermin cembung ?
1.3
Tujuan
Menyelidiki sifat
pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung.
1.4
Definisi
Istilah
Ø Cermin lengkung (sferis) adalah cermin yang membentuk
sebagian dari bola. Contoh; cermin cekung dan cermin cembung.
Ø Cermin cembung adalah cermin yang memiliki permukaan
menggembung keluar menuju orang yang melihat.
Ø Cermin cekung adalah cermin yang memiliki
permukaan pantulannya seperti bagian
dalam bola sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat.
Ø Sumbu utama adalah garis lurus yang tegak lurus
terhadap permukaan lengkung pada pusatnya.
1.5
Hipotesis
Pemantulan
cahaya oleh cermin cekung dan cembung akan berbeda, karena permukaan keduanya
tidak sama.
1.6
Tinjauan
Pustaka
Kita akan meninjau kasus khusus(dan mudah dianalisis ) dari
bentuk bayangan oleh sebuah cermin bola Gambar 35_9a memperlihatkan sebuah
ccermin bola dengan jari-jari kelengkungan R, dengan sisi cekung yang menghadap
cahaya masuk. Pusat kelengkungan (center
of curventure) dari permukaan itu (pusat bola yang mempunyai permukaan itu
sebagai bagian dari bola tersebut) berada di V. Garis CV dinamakn sumbu optic
(optic asis). Titik P adalah sebuah titik benda yang terletak pada sumbu optic
itu; untuk sementara ini kita menganggap bahwa jarak P ke V lebih besar dari
pada R.
Sinar PV, yang melalui C, menumbuk
cermin secara normal dan direfleksikan kembali pada dirinya sendiri. Sinar PB,
pada sudut α dengan sumbu itu, menumbuk cermin di B, dimana sudut masuk dan
sudut refleksi adalah θ. Sinar yang direfleksikan itu
memotong sumbu di titik P’. Kita akan
akan segera memperlihatkan bahwa semua sinar dari P memotong sumbu dititik P’
yang sama, seperti dalam Gambar 35-9b, asalkan sudut α adalah kecil. Maka P’ adalah bayangan dari
titik benda P. Tidak seperti sinar-sinar
yang direfleksikan pada Gambar 35-1, sinar-sinar yang direfleksikan pada Gambar
35-9b betul-betul berpotong dititik P’, kemudian berpencar dari P’
seakan-akan sinar-sinar itu berasal di
titik ini. Jadi, P’ adalah sebuah bayangan nyata.
Untuk melihat kegunaan sebuah bayangan
nyata, anggaplah bahwa cwrmin itu berada pada sebuah kamar gelap dimana
satu-satunya sumber cahaya adalah sebuah
benda yang bercahaya sendiri di P. Jika anda menmpatkan sebuah potongan
kecil film fotograpik di P’, maka semua yang direfleksikan cermin tersebut akan
menumbuk satu titik P’ yang sama pada film itu; bila film dicuci, maka film itu
akan memperlihatkan sebuah titik terang tunggal, yang menytakan sebuah bayangan
benda itu difokuskan di titik P. Prinsip ini merupakan inti dari sebagian besar
teleskop astronomi, yang menggunakan cermin cekung yang besar untuk membuat
potret dari benda-benda langit. Dengan sebuah cermin datar seperti pada
Gambar35-2, penempatan sebuah film di titik bayangan P’ akan merupakan
pemborosan waktu; sinar-sinar cahaya tidak pernah betul-betul lewat melalui
titik bayangan itu, dan bayangan itu tidak dapat direkam pada film, Bayangan
nyata sangat penting untuk fotografi (Young dan Freedman: 534).
Kita
akan meninjau kasus khusus(dan mudah dianalisis ) dari
bentuk bayangan oleh sebuah cermin bola Gambar 35_9a memperlihatkan sebuah
ccermin bola dengan jari-jari kelengkungan R, dengan sisi cekung yang menghadap
cahaya masuk. Pusat kelengkungan (center
of curventure) dari permukaan itu (pusat bola yang mempunyai permukaan itu
sebagai bagian dari bola tersebut) berada di V. Garis CV dinamakn sumbu optic
(optic asis). Titik P adalah sebuah titik benda yang terletak pada sumbu optic
itu; untuk sementara ini kita menganggap bahwa jarak P ke V lebih besar dari
pada R.
Sinar
PV, yang melalui C, menumbuk cermin secara normal dan direfleksikan kembali
pada dirinya sendiri. Sinar PB, pada sudut α dengan sumbu itu, menumbuk cermin
di B, dimana sudut masuk dan sudut
refleksi adalah θ. Sinar yang
direfleksikan itu memotong sumbu di titik P’.
Kita akan akan segera memperlihatkan bahwa semua sinar dari P memotong sumbu
dititik P’ yang sama, seperti dalam Gambar 35-9b, asalkan sudut α adalah kecil. Maka P’ adalah bayangan dari
titik benda P. Tidak seperti sinar-sinar
yang direfleksikan pada Gambar 35-1, sinar-sinar yang direfleksikan pada Gambar
35-9b betul-betul berpotong dititik P’, kemudian berpencar dari P’
seakan-akan sinar-sinar itu berasal di
titik ini. Jadi, P’ adalah sebuah bayangan nyata.
Untuk
melihat kegunaan sebuah bayangan nyata, anggaplah bahwa cwrmin itu berada pada
sebuah kamar gelap dimana satu-satunya sumber cahaya adalah sebuah benda yang bercahaya sendiri di P. Jika anda
menmpatkan sebuah potongan kecil film fotograpik di P’, maka semua yang
direfleksikan cermin tersebut akan menumbuk satu titik P’ yang sama pada film
itu; bila film dicuci, maka film itu akan memperlihatkan sebuah titik terang
tunggal, yang menytakan sebuah bayangan benda itu difokuskan di titik P.
Prinsip ini merupakan inti dari sebagian besar teleskop astronomi, yang
menggunakan cermin cekung yang besar untuk membuat potret dari benda-benda
langit. Dengan sebuah cermin datar seperti pada Gambar35-2, penempatan sebuah
film di titik bayangan P’ akan merupakan pemborosan waktu; sinar-sinar cahaya
tidak pernah betul-betul lewat melalui titik bayangan itu, dan bayangan itu
tidak dapat direkam pada film, Bayangan nyata sangat penting untuk fotografi
(Young dan Freedman: 534).
Hukum
Pantulan “ Sudut masuk adalah sudut antara sinar masuk dan garis normal pada
permukaan yang memantul.
Pada
pemantulan oleh cermin datar ( pemantulan
spekular ) berlaku : (1) sudut masuk sama besar dengan sudut pantul ,(2)
sinar masuk , sinar pantul dan garis normal terletek pads satu bidang.
Cermin datar dapat membentuk bayangan tegak ,sama besar
dengan obyek ,jarak bayangan dari cermin sama dengan jarak obyek dari cermin .
Bayangan ini maya , artinya bayangan tidak dapat ditangkap pada layar , karena
cahaya tidak berkonvergensi pada posisi
bayangan.
Cermin bola. Titik fokus utama cermin bola adalah F,pada titik ini
sinar-sinar yang sejajar dan dekat pada
sumbu utama XX cermin, terfokuskan. Titik fokus ini bersifat nyata untuk cermin
konkaf ( cekung ) , dan bersifat maya untuk cermin konveks ( cembung ). Titik
ini terletak pada sumbu utama XX
ditengah-tengah antara pusat C dan cermin.
Cermin cekung
dapat membentuk bayangan nyata dan terbalik dari obyek yang jarak obyeknya
lebih besar dari fokus utama . Jika obyek terletak antara cermin dan titik
fokus utama , bayanagan yang terbentuk bersifat maya ,tegak, dan diperbesar.
Cermin cembung
selalu membentuk bayangan maya ,tegak dan diperkecil dari obyek yang
terletak didepannya.
Persamaan cermin berlaku utuk
cermin cekung dan cermin cembung :
1/p
+ 1/q = 2/R = 1 /f
Dimana
p = jarak obyek , dihitung dari cermin
q = jarak bayangan , dihitung dari cermin
R = jari-jari cermin
f = jarak fokus cermin = R/2
sebagai
tambahan ,
p dihitung positif bila obyek berada didepan cermin,
q
dihitung positif bila bayangan nyata , yakni berada di depan cermin.
q
dihitung negatif bila bayangan mya , yakni berada di belakang cermin.
R
dan f adalah positif untuk cerminj cekung , dan negatif unrtuk U
( Daramawan: 289 )
Permukaan
–permukaan yaqng memantulkan tidak harus datar. Cermin lengkung yang umum berbentuk
sferis , yang berarti cermin tersebut akan membentuk sebagaian dari bola.
Cermin sferis disebut cembung jika pantulan terjadi pada permukaan luar bentuk
sferis sehingga pusat permukaan cermin menggembung ke luar
menuju orang yang
melihat. Cermin dikatakan cekung
jika permukaan pemantulannya ada pada permukaan dalam bola sehingga pada
cermin melengkung menjahui
orang yang melihat . cermin cekung digunakan untuk
bercukur atau cer min rias ,
dan cermin cembung kadang-kadang
digunakan pada mobil
dan truk ( kaca spion ) dan di
toko-toko ( untuk mengawasi pencuri ) , karena cermin ini memperlihatkan medan
pandangan yang luas.
Untuk melihat bagaimana cermin sferis membentuk
bayangan , pertama kita pertimbangan sebuah benda yang sangat jauh dari cermin
cekung. Untuk benda-benda yang jauh , berkas cahaya dari setiap titik pada benda yang mencapai cermin akan
nyaris paralel. Untuk sebuah benda yang berjarak takhingga ( matahari dan
bintang mendekati ini) , berkas –berkas cahaya akan tepat paralel . sekarang
perhatikan berkas-berkas paralel yang menimpa cermin cekung. Hukum pantulan berlaku untuk setiap berkas
pada titik jatuhnya pada cermin. sebagaimana bisa dilihat , berkas-berkas
tersebut tidak seluruhnya membentuk seluruh titik. Untuk membentuk bayangan yang tajam , berkas-berkas itu harus datang ke
satu titik . Dengan demikian cermin sferis tidak akan membentuk bayangan
setajam cermin datar. Bagaimanapun ,
jika cermin tersebut kecil dibandingkan dengan radius lengkungannya , sehingga
berkas yang terpantul hanya membentuk sudut kecil pada saat terpantul , maka
berkas-berkas tersebut akan saling menyilang pada titik yang hampir sama , atau
fokus . Pada kasus yang diperlihatkan , berkas-berkas itu paralel pada sumbu
utama , yang didefinisikan sebagai garis lurus yang tegak lurus terhadap
permukaan lengkung pada pusatnya . Titik
F , dimana berkas-berkas yang paralel dengan sumbu utama mencapai fokus,
disebut titik fokus cermin. Jaraka dari F ke pusat cermin , panjang FA disebut
panjang fokus, f dari cermin tersebut .
Cara lain untuk mendefinisikan titik fokus adalah dengan mengatakan bahwa titik
ini merupakan titik bayangan dari suatu benda yang jauh tak hingga sepanjang
sumbu utama. Bayangan matahari misalnya , akan berada pada F (
Giancoli.1998:248-249).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar