Jumat, 08 Juni 2012

lITOSFER-RAHDY


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Apabila kita melihat suatu gambaran tentang permukaan bumi dari suatu media elektronik yang merupakan hasil dari pengamatan satelit, terlihat rasanya permukaan bumi kita ini bagus, halus dan rata namun sebenarnya bila kita liat kenyataannya bumi kita ini pemukaannya tidak teratur. Permukaan bumi kita yang terdiri ari lautan dan daratan yang mana 2/3 bagian adalah lautan dan 1/3 bagian adalah daratan. Permukaan daratan kita pun memiliki ketinggian yang berbeda sehingga kita sering mendengar dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran tersebut juga ada yang menonjol ke atas yang sebagai contoh daerah pegunungan dan bukit da nada yang menonjol ke bawah sebagai contoh ngarai dan lembah. Adanya perbedaan bentuk permukaan bumi yang tak teratur ini terjadi karena suatu proses alam yang sering disebut juga dengan tektonik lempeng yang hubungannya erat dengan litosfer. Litosfer adalah lapisan Bumi yang paling luar  atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Gerakan litosfer yang diakibatkan oleh teaga endogen maupun eksogen mengakibatkan adanya pergeseran lempeng baik yang saling memisah maupun yang saling mendekati.untuk mengetahui tentang hal-hal yang terjadi pada litosfer bumi maka maklah ini dibuat. Agar menjadi penambah pengetahuan kita.
1.2    Rumusan Masalah
a.       Apakah pengertian litosfer ?
b.      Bagaimana proses siklus batuan ?
c.       Apa penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa pada litosfer ?
d.      Peristiwa apa saja yang terjadi pada litosfer ?
1.3    Tujuan Masalah
a.       Mengetahui  pengertian litosfer
b.      Mengetahui  proses siklus batuan
c.       Mengetahui  penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa pada litosfer
d.      Mengetahui Peristiwa  saja yang terjadi pada litosfer
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Litosfer
Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos (λίθος) yang berarti berbatu, dan sphere (σφαῖρα) yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi yang paling luar  atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sedangkan astenosfer berubah seperti cairan kental. Lapisan setebal 100 km pada mantel bumi yang terletak diantara litosfer dan astenosfer disebut daerah plastis yang seolah-olah litofer mengapung diatas astenosfer. Daerah plastis terdapat pada kedalaman antara 60km sampai 250 km dibawah permukaan bumi. Lapisan astenosfer hanyut perlahan-lahan akibat beban yang menekannya sepanjang jaman oleh blok-blok benua atau gaya mendatar oleh gerakan benua. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya lipatan, pengangkatan dan penurunan permukaan bumi.litosfer juga merupakan lapisan yang retak-retak ada yang saling merenggang atau menekan. Pada daerah yang merenggang terjadi pemisahan antara dua lapisan litosfer   Litosfer terpecah medan daerah yang saling menekan terjadi penunjangan dimana lapisan litosfer yang satu akan masuk kebawah lapisan litosfer yang menekannya. Peristiwa-peristiwa ini dikenal dengan teori tektonik lempeng.
Konsep litosfer sebagai lapisan terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960, konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah (astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
Terdapat dua tipe litosfer
  • Litosfer samudra, yang berhubungan dengan kerak samudra (oceanic crust) dan berada di dasar samdura .Litosfer samudra memiliki ketebalan 50-100 km, desitas rata-rata 2,9 gram/cm3 dan massa 7,71 x 1021.kerak samudra sebagian besar terdiri dari jenis basalt sehingga bersifat basaltic.
  • Litosfer benua, yang berhubungan dengan kerak benua(continental crust). litosfer benua memiliki kedalaman 40-200 km densitas rata-rata 2,8 gram/cm3dan massa 17,39 x 1021kg. kerak bumi yang bersifat pada seolah-olah mengapung diatas lapisan astenosfer yang bersifat cairan pekat. Batas kerak bumi dengan lapisan astenosfer disebut diskontinuitas mohorovisic atau bidang moho.


2.2 Proses Siklus Batuan
Ada tiga jenis batuan, yaitu  : batuan beku, batuan sedimen dan malihan. Suatu batuan tidak selamanya memiliki jenis yang tetap, tetapi dengan dengan berbagai cara dapat berubah dari jenis yang satu ke jenis yang lainnya. Contohnya : batuan beku dapat hancur oleh erosi menjadi pecahan-pecahan, yang akhirnya tertinggal di suatu tempat menjadi suatu endapan yang belum bersatu. Dengan berlalunya waktu, endapan yang belum bersatu mengalami pembekuan menjadi batuan sedimen.batuan sedimen yang mengalami pemanasan dan tekanan tinggi dapat berubah menjadi batuan malihan.Batuan malihan dapat mengalami peleburan dibawah tanah menjadi magma. Magma akan mengalami proses pendinginan dan menjadi batuan beku.Demikianlah an yang ditempuh oleh suatu batuan, yaitu dari batuan beku menjadi batuan sedimen, menjadi batuan malihan, menjadi magma, dan akhirnya kembali ke batuan beku. Jalan seperti ini dinamakan siklus batuan.
2.3 Tenaga Geologi Yang Menyebabkan Peristiwa Pada Litosfer
            begitu banyak peristiwa yang terjadi dilapisan liosfer bumi, namun hal itu terjadi karena adanya tenaga-tenaga geologi yang terjadi yang membuat litosfer bergerak. Tenaga geologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  1. Tenaga endogen (tenaga asal dalam), yaitu tenaga geologi yang berasal dari dalam bumi yang membentuk bangunan baru di permukaan bumi.tenaga endogen mengakibatkan peristiwa tektonik, vulkanisme dan gempa
  2. Tenaga eksogen (tenaga asal luar), yaitu tenaga geologi yang berasal dari luar bumi yang merombak bangunan yang di bentuk oleh tenaga endogen.tenaga eksogen mengakibatkan terjadinya pelapukan, pengangkutan dan pengikisan



2.3 Peristiwa-Peristiwa Pada Liosfer
  1. Tektonisme
Tektonisme ialah peristiwa pergeseran dan perubahan letak kerak bumi dalam skala besar, yang pada umumnya meliputi lipatan, patahan, dan tektonik lempeng. Pada abad ke-20, berkembang suatu teori yang disebuat teori tektonik lempeng. Dalam teori ini, litosfer di pandang terdiri atas beberapa lempeng pejal yang bergerak relative sangat lambat. Lempeng adalah suatu bentuk yang ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih besar daripada ukuran tebalnya.
Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi dibagi menjadi beberapa bagian. Pada bagian padat palaing luar dinamakan litosfer, yang terdiri atas kerak bumi dan bagian padat mentel atas, sampai kedalaman kira-kira 80 km. Material di bawah litosfer, yang dianggap cukup panas, sehingga mudah di bentuk ulang dan mampu “mengalir”, dinamakan asthenosfer (berasal dari kata Yunani yang berarti lemah).
Gerak relative lempeng dibagi tiga yaitu; divergen (saling menjauh), konvergen (saling mendekati)dan geseran. Antara kedua lempeng yang bergerak divergen, terjadi pelebaran dasar samudra. Begitu kedua lempeng saling menjauhi, marerial lebur panas dari mantel naik untuk mengisi celah yang terbentuk. Material lebur yang naik ini mendingin di dekat permukaan bumi dan menjadi bagian litosfer yang membentuk tunggul dasar samudra (mid-oceanic ridge).laju pelebaran samudra kira-kira 4-6 cm per tahun.
  1. Tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua
Ketika lempeng samudra bertumbukan dengan lempeng benua, lempeng samudra yang lebih rapat menggeser kebawah lempeng benua dengan sudut miring tertentu. Daerah persentuhan antara dua lempeng dinamakan subduction zone. Pada subduction zone terbentuk sebuah palung laut.
Sebagian lempeng samudra dalam astenosfer melebur menghasilakan magma, Karena massanya ringan maka dapat naik melalui celah pada lempeng benua menghasilan batuan-batuan beku di bawah permukaan bumi menghasilkan gunung-gunung api pada permukaan bumi. Contoh ; tumbukan Nazca bertumbukan dengan lempeng samudra Amerika Selatan, hasil tumbukannya adalah palung laut sepanjang pantai Peru dan Chili.
  1. Tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng samudra
Ketika dua lempeng samudra bertumbukan, lempeng yang satu akan menggeser kebawah lempeng yang lain dalam daerah patahan. Pegunung berapi kembali terbentuk di dasar samudra, jika peunungan berapi cukup tinggi maka pegunungan ini muncul seperti deretan pulau-pulau di sebut busur-busur pulau (island arcs).busur –busur pulau yang membaasi sisi asia pasifik-aleutians, jepang, Filiphina, Indonesia, Marianas terbentuk karena tumbukan ini
  1. Tumbukan antara lempeng benua dan lempeng benua
Kedua lempeng tersebut relative ringan dibanding astenosfer yang terletak dibawahnya dan terlalu tebal dan salah satu tidak dapat di dorong kebawah, Ujung-ujung lempeng yang berdekatan saling mendorong sehingga terjadi lekukan, membentuk satu jalur pegunungan. Jenis ketiga dari gerak relative lempeng adalah geseran, pada geseran terbentuk satu transform fault yang terjadi ketika ujung-ujung kedua lempeng bergeseran satu sama lain.
Seperti kita ketahui bahwa litosfer terdiri  atas beberapa lempeng. Lempeng-lempeng ini memiliki gerakan pergeseran mendatar. Pda tahun 1968 litosfer terdiri atas enam lempeng uama yang berukuran besar yaitu lempeng afrika, lempeng Amerika, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, lempeng India dan lempeng Antarika.
Secara mikro gejala tektonis dibagi atas dua yaitu lipatan dan patahan.
a.       Lipatan
            Lipatan terjadi oleh pergerakan perlahan dan kontinu, berlawanan dengan pergerakanmendadak pada fault. Salah satu gejala lipatan adalah tampaknya lapisan-lapisan kerak bumi yang bergelombang ada bagian yang naik da nada bagian yang turun. Pada lipatan, bagian yang naik dinamakan antiklin dan bagian yang turun dinamakan sinklin.
b.      Patahan
Tenaga endogen yang lebih cepat, dapat menyebabkan lapisan kerak bumi yang kaku atau rapuh tidak dapat membentuk lipatan melainkan terputus membentuk patahan.misalnya tanah –naik, dan anah bungkuk.
      2.            Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa naiknya magma dari bagian dalam bumi sehingga bagian magma muncul kepermukaan bumi dan sebagian lagi menyusup ke dalam lapisan kerak bumi. Vulkanisme merupakan gejala yang ditujukkan oleh gunung berapi.magma dapat bergerak naik karena magma memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energy untuk mendorong atuan diatasnya. Di dala litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuaan letusan gunung berapi. Makin dalam dapur magma dari permukaan bumi maka makin kuat letusan yang ditimbulka. Lama aktivitas gunung berappi yang bersumber dari magma ditentukan oleh besar atau kecilnya volum dapur magma.
1)      Erupsi (ekstruksi magma)
Dari balito melalui suatu pipa kawah, (diatrema), magma dapat naik ke permukaan bumi. Peristiwa naiknya magma dari dalam bumi kepermukaan bumi dinamakan erupsi. Ada dua jenis erupsi, yaitu : erupsi leleran (efusif) dan erupsi ledakan (eksplosif). Ciri erupsi leleran yaitu iyalah munculnya leleran lava di permukaan bumi. Pada erupsi ledakan, butiran magma disemburkan yang kemudian menjadi padat, disebut effalata atau piroklustika.

Ø  Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh tenaga vulkanisme.
a)      Benda padat (effalata)
Ukuran effalata mulai dari yang amat halus sampai yang kasar atau besar berturut-turut adalah debu, pasir, lapilli (batu sebesar kerikil), batu-batu besar(bom) dan batu apung. Menurut asalnya, effalata dibedakan atas dua yakni effalata allogen, yang berasal batuan litosfer disekitar diatrema yang ikut terbawa keluar oleh erupsi ledakan dan effalata otogen, yang berasal langsung dari magma yang terlempar ke atas pada saat erupsi dan kemudian membeku.
b)      Benda cair
Bahan cair yang di keluarkan oleh bahan vulkanisme, terdiri atas tiga , yaitu ; lava, lahar panas, lahar dingin. Lava adalah magma yang keluar ke permukaan bumi. Lahar panas adalah lahar yang berasal dari letusan gunung berapi yang memiliki danau kawah(kaldera) yaitu kawah yang luas yang terbentuk oleh tubuh gunung berapi yang ikut terlempar pada saat terjadi erupsi ledakan.contoh kaderal yang terkenal di Indonesia adalah kawah bromo.  Lahar dingin adalah lahar yang berasal dari letusan yang sudah mengendap, kemudian dihanyutkan oleh hujan lebat.lahar ini mengalir deras menuruni lereng gunung dan jurang-jurang dan menyapu bersih semua yang dilaluinya.
c)      Gas
Bahan gas yang dikeluarkan oleh tenaga vulkanisme adalah solfatar, fumalor, dan mofet. Sulfatar adalah gas hydrogen sulfide (H2S) yang keluar dari lubang. Fumarol adalah tempat yang mengeluarkan uap air panas. Mofet adalah tempat yang mengeluarkan gas asam arang (CO2).
2)      Intrusi Magma
            Dari dapur magma bergerak menuju lapisan yang diatasnya atau kelapisan yang lebih lunak kerna tekanan dan kemampuan melarutkan batu-batuan yang bersinggungan. Geraka magma juga dibantu oleh retakan-retakan batuan sekitarnya, yang disebabkan oleh tekanan gas magma atau gempa. Naiknya magma kedalam lapisan litosfer yang memotong atau menyusup kedalam lapisan litosfer, tetapi tidak mencapai permukaan bumi, dinamakan instrument magma atau pluton. Bentuk instrusi magma yaitu : batolit, bakolit, sill atau keeping instrusi, dike atau gang dan diatrema.
Ø  Manfaat vulkanisme
1.      Sumber mineral. Timah dibawa oleh magma granit sehingga letaknya dekat dengan permukaan tanah di jalur Riau- Bangka-Belitung. Belerang dan batu apung merupakan hasil gunung api yang langsung dapat dimanfaatkan.
2.      Daerah pertanian. Bahan letusan gunung berapi menyuburkan tanah sehingga baik sekali untuk pertanian.
3.      Objek wisata keindahan panorama gunung berapi dengan kawahnya yang aktif, mata air panas, mata air mineral, geyser, dan sumber gas, merupakan objek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan.

      3.            Gempa bumi
Gempa bumi ialah getaran kerak bumi yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam bumi. Lmu yang mempelajari tentang gempa bumi disebut seismologi. Alat yang digunakan untuk pencatat gempa adalah seismograf. Seismogram adlah rekaman atau hasil rekaman atau hasil catatan seismograf. Gelombang gempa dapat bergerak . gelombang gempa dapat terjadi secara horizontal- dan vertical. Oleh karena itu dikenal dua macam seismograf yaitu seismograf horizontal dan seismograf vertical.
Istilah-istilah dalam ilmu gempa
1.      Hiposentrum adalah sumber gempa didalam lapisan bumi. Dari  hiposentrum, gelombang menjalar ke segala arah. Ada dua bentuk hiposentrum yaitu garis dan titik. Hiposentrum berbentuk garis jika peyebabnya adalah patahan kerak bumi. Hiposentrum yang berbentuk titik jika penyebabnya adalah gunung api atau tanah longsor.
2.      Episentrum adalah titik atau garis dipermukaan bumi yang tepat tegak lurus diatas hiposentrum. Disekitar episenterum inilah kerusakan terparah terjadi. Dari episentrum permukaan menjalar secara horizontal kesegla arah.
3.      Homoseista adalah garis yang menghubngkan tempat-tempat dipermukaan bumi yang dilalui gempa pada waktu yang lama. Homoseista berbentuk lingkaran dan elips.
4.      Isoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat dipermukaan bumi yang dilalui oleh gempa yang intensitasnya sama. Sehingga tempat-tempat tersebut menglami kerusakan yang sama isoseista biasanya berbentuk lingkaran dan elips  disekitar episentrum.
5.      Makroseisma adalah daerah disekitar episentrum yang mengalami kerusakan terhebat akibat gempa bumi.
6.      Pleistoseista adalah garis pada peta gempa yang mengelilingi makroseisma. Isoseista yang merupakan pleistosiesta.

Klasifikasi gempa bumi
1.      Berdasarkan penyebabnya
a.       Gempa tektonik. Gempa yang disebabkan oleh pergeseran lapisan batuan sepanjang bidang sesar atau patahan dalam kerak bumi
b.      Gempa vulkanik. Gempa ini disebabkan oleh aktivitas vulkaisme yang bersumber dari magma yang dekat kepermukaan bumi. Gempa ini terasa disekitar gunung api menjelang letusan. Pada ssat letusan dan beberapa saat sesudah letusan utama.
c.       Gempa guguran atau gempa runtuhan. Gempa ini disebakan oleh runtuhnya bagian gua. Misalnya pada gua kapur dan lorong pertambangan yang lapuk. Kekuatan gempa ini tidak begitu besar
d.      Gempa tumbukan. Gempa yang disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi

2.      Bedasarkan bentuk episentrumnya
a.       Gempa sentral yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk titik
b.      Gempa linear yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis

3.      Berdasarkan kedalaman hiposentrum
a.       Gempa bumi dalam. Gempa ini memiliki kedalaman hiposenter lebih dari 300 km. oleh karena letak hiposenter yang dalam. Gempa ini tidak begitu menggoncang permukaan bumi. Contoh gempa yang terjadi dibawah laut jawa, laut flores dan laut Sulawesi
b.      Gempa bumi menengah. Gempa ini memiliki kedalaman hiposenter 100-300 km. contoh gempa disebelah selatan jawa, nusa tenggara, Maluku, dan teluk Tomini
c.       Gempa bumi yang dangkal. Gempa ini memiliki kedalaman hiposenter 100km.
4.      Berdaasarkan jarak dari episentrum gempa
a.       Gempa local. Jika jarak episentrumnya kurang dari 10000km
b.      Gempa jauh. Jika jarak episentrumnya sekitar 10000km
c.       Gempa sangat jauh. Jika jarak episentrumnya lebih dari 10000km

Selain diatas terdapat juga gempa laut.gempa laut yaitu gempa yang episentrumnya terdapat dibawah permukaan laut gempa laut menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang dahsyat dinamakan tsunami.

Daerah- daerah gempa bumi.

Menurut teori tektonik lempeng, tempat-tempat yang paling rawan gempa adalah pada batas-batas lempeng yang membentuk jalur-jalur tertentu. Yang dinamakan sabuk gempa bumi. Ada dua sabuk gempa bumi yaitu :


1.      Sabuk Alpen Himalaya
Sabuk Alpen Himalaya menbujur dari samudra atlantik, dekat kepulauan azores, kesepanjang sebelah utara laut tengah, trus ke turki,Iran, Himalaya, Birma,Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku.
2.      Sabuk pasifik
Sabuk pasifik menyusuri tepi samudra pasifik, dari Filiphina ke Jepang, Semenanjung Kamchatka, Kepulauan Aleut, Pantai barat Benua Amerika, menuju ke Selandia Baru, Kepulauan Samoa, Irian dan bertemu dengan sabuk alpen Himalaya di Maluku.

      4.            Pelapukan
Pelapukan adalah perusakan batuan dari batuan besar menjadi batuan yang butirannya lebih kecil sampai menjadi halus. Ada tiga jenis pelapukan, yaitu pelapukan fisik atau mekanik, pelapukan kimiawi, dan pelapukan organic. Batuan penyusun kerak bumi dapat berubah menjadi tanah setelah mengalami pelapukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa batuan merupakan balran dasar tanah. Pelapukan batuan terjadi sebagai akibat perubahan iklim, cuaca. kelembapan udara. Gerak angin. aliran air, dan sinar matahari. Proses ini berlangsung sangat lama. Akibatnya. batuan-batuan dapat melapuk menjadi tanah.
Macam- macam pelapukan pada lapisan litosfer yaitu:
1. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi yaitu pelapukan yang terjadi akibat proses kimiawi pada molekul-molekul penyusun batuan tersebut. Zat-zat yang tertanam di dalam kerak bumi (litosfer) pada dasarnya bersifat stabil, tetapi batuan di lapisan paling luar yang bersinggungan dengan atmosfer secara kimiawi lebih tidak stabil. Atmosfer yang banyak mengandung oksigen dan lembab menyebabkan batuan lebih mudah mengalami perubahan atau pelapukan kimia.
 Description: H:\litosfer\index.php_files\gbr05a.jpg
Pelapukan terjadi pada batuan yang bersifat kimiawi, misalnya air hujan yang turun ke bumi mengandung zat kimia yang dapat bereaksi dengan zat kimia yang ada di batuan sehingga terjadi pelapukan. Proses pelapukan terjadi lebih cepat jika terjadi hujan asam jika dibanding dengan hujan biasa. Uap air yang menjadi hujan asam mengandung zat-zat asam (mengandung unsur Nitrogen dan Belerang), air hujan yang turun bersifat asam. Zat-zat asam (NO dan SO2) yang terbawa air hujan akan bereaksi secara kimia dengan zat-zat yang terkandung di dalam batuan lebih cepat.
2.Pelapukan mekanik
Description: H:\litosfer\index.php_files\gbr04.jpgDescription: H:\litosfer\index.php_files\gbr03.jpgPelapukan mekanik adalah proses pemecahan batuan besar menjadi batuan lebih kecil tanpa ada perubahan kimia pada mineral penyusunnya atau disebut juga Pelapukan fisik yaitu pelapukan yang terjadi karena kerusakan fisik batuan Pelapukan mekanik dapat terjadi akibat dari air, angin, dan aktivitas makhluk hidup. Air sungai yang mengalir dari pegunungan menuju laut melalui lintasan bebatuan yang tidak teratur bentuknya dan adanya air terjun menunjukkan bahwa adanya pelapukan bebatuan yang disebabkan oleh pengikisan air. Gelombang air laut yang bertemu dengan daerah laut yang dangkal atau menabrak pantai dapat memindahkan kerikil dan pasir

.

Pelapukan mekanik yang diakibatkan oleh aktivitas tumbuhan diantaranya masuknya akar tumbuhan ke dalam tanah melalui retakan-retakan batuan. Retakan batuan akan melebar seiring dengan membesarnya akar tumbuhan. Pelapukan batuan secara mekanik dapat juga diakibatkan oleh aktivitas binatang  seperti musang, tikus, kelinci, dan binatang-binatang lain yang lebih kecil seperti kumbang yang membuat sarangnya di daerah bebatuan.
3. Pelapukan Organik
 Description: H:\litosfer\index.php_files\gbr06.jpg
Pelapukan organik yaitu pelapukan yang diakibatkan oleh pengaruh zat organik atau makhluk hidup. Zat-zat organik tersebut misalnya berasal dari mikroorganisme, sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang membusuk. Jasad renik, lumut, jamur, cacing, dan siput termasuk yang dapat menyebabkan pelapukan organik.
  1. Pengangkutan
Pengangkutan material yang sudah lapuk dilakukan oleh
a.    Air  yang mengalir
b.    Gletser(es yang mengalir)
c.    Angina. Angina hanya dapat mengangkut butiran-butiran kecil dan halus misalnya pasir.
d.    Gravitasi bumi. Pada lereng yang curam, jika terjadi hujan maka bahan gembur akan bergerak menuruni lereng menuju dasar lembah karena gravitasi bumi. Hujan berfungsi untuk melicinkan bidang luncurnya
  1. Pengikisan (Erosi)
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
a.       Erosi air sungai. Air yang mengalir dan mengangkut benda-benda padat melakukan pengikisan terhadap tanah dan batuan yang dilaluinya. Sebagai hasilnya terjadinya lembah, ngarai dan jurang yang dalam
b.      Erosi air laut. Erosi ini adalah pengikisan pantai oleh gelonbang laut yang secara terus menerus menumbuk dinding pantai. Contoh pantai bukit kapur selatan Yogyakarta. Erosi air laut disebut juga abrasi
c.       Erosi gletser. Erosi jenis ini terjadi pada lereng pegunungan yang dilapisan es. Batu-batuan yang terseret kebawah  dinamakan Moraina. Contoh di pantai Fyord di Skandinavia.
d.      Erosi angina. Partikel-partikel debu diangkut oleh angin melalui jarak
Yang jauh.
      7.            Longsor
            Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
        8.           Sedimentasi
           Sedimentasi (geology) adalah proses pengendapan material padat dari kondisi tersuspensi atau terlarut dalam suatu fluida (biasanya air atau udara).
Definisi yang luas menurut Encyclopeia Britannica ini, selain meliputi endapan yang diendapkan oleh fluida yang mengalir (aliran air atau aliran udara), juga mencakup endapan gletser es, dan endapan talus atau akumulasi debris atau fragmen batuan di kaki tebing yang digerakkan oleh gravitasi.Secara sederhana, menurut Merriam-Webster Online, sedimentasi adalah proses pembentukan atau pengendapan sedimen.
Sementara itu, sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu cairan (air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau gletser / es.
















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari pembahasan diatas di dapat kesimpulan yaitu:
  1. Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos (λίθος) yang berarti berbatu, dan sphere (σφαῖρα) yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan
  2. Suatu batuan tidak selamanya memiliki jenis yang tetap, tetapi dengan dengan berbagai cara dapat berubah dari jenis yang satu ke jenis yang lainnya karena erosi, pemanasan dan tekanan, pembekuan dan peleburan.
  3. Pristiwa pada litosfer terjadi karena tenaga geologi yaitu tenaga endogen (yang berasal dari dalam) dan tenaga eksogen (tenaga asal luar).
  4. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada litosfer diantaranya :
a.       Tektonisme
b.      Vulkanisme
c.       Gempa bumi
d.      Pelapukan
e.       Pengangkutan
f.       Pengikisan (erosi)
g.      longsor
h.      sedimentasi
TUGAS ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
PERISTIWA-PERISTIWA PADA LAPISAN LITOSFER


OLEH:
DERI FEBRIANTO

(A1E011053)
ESRA LENNI WATY

(A1E011057)
LENY ANTASARI

(A1E011051)
NOVRI YANCE

(A1E011061)
TRIANA SUGIARTI

(A1E011059)
DOSEN PEMBIMBING
:
ANDIK PURWANTO
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012

















ARTIKEL-RAHDY


Oleh rahdi
Bengkulu, 3 Juni 2012

Hubungan jarak benda, jarak bayangan, dan jarak titik api pada lensa konvergen
Abstrak
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak titik api  pada lensa konvergen. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan studi kualitatif  dan eksperimen. Eksperimen ini dilakukan lima kali pengulangan dengan titik jarak  benda yang berbeda. Teknik pembahasan menggunakan kajian teori dan perhitungan. Hasil percobaan menunjukkan hubungan antara jarak benda dan jarak bayangan berbanding terbalik. Dan keduanya berbanding lurus dengan jarak titik api. Kesimpulan hasil percobaan adalah Hubungan antara letak benda, letak bayangan, dan jarak fokus dapat ditulis dalam persamaan lensa 1/s + 1/s’= 1/f  yang merupakan rumus Gauss. Jika jarak fokus dibuat tetap, sedangkan jarak benda diperbesar akan menghasilkan jarak bayangan yang diperkecil. Saran dalam laporan ini adalah Diharapkan keseriusan dan ketelitian pratikan, agar percobaan tidak mengalami kesalahan, Perlu kerja sama yang baik antara pratikan dengan asisten dosen maupun  dosen, dan hendaknya praktikan berhati-hati dalam melakukan pengukuran.

Pendahuluan
            Alat optik merupakan alat yang sering digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti kacamata, kamera, lup, teleskop, mikroskop, dan lain-lain. Semua alat optik tersebut tidak terlepas dari jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik api(f). oleh karena itu perlu kita ketahui bagaimana hubungan dari ketiga jarak tersebut untuk mendapatkan hasil pengamatan yang bagus dan akurat. Sering kita lihat, penggunaan serta pemakaian alat-alat optik seperti lensa tidak sesuai dengan konsep dan cara kerja untuk mendapatkan kinerja yang bagus. Untuk itu, melalui artikel ini kita diharapkan mengetahui kinerja dan bagaimana hasil yang didapatkan dari hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak titik api.
Kajian pustaka
Menurut Sutrisno(1984:131) dalam bukunya menjelaskan bahwa Lensa adalah system optik yang dibatasi oleh dua permukaan bias yang mempunyai sumbu bersama. Titik pada sumbu lensa tempat dipusatkannya cahaya yang sejajar sumbu, ialah titik fokus lensa, F. Sedang jarak dari fokus ke pusat lensa disebut jarak fokus atau panjang fokus.
Jika berkas-berkas paralel dengan sumbu jatuh pada lensa tipis, mereka akan difokuskan pada satu titik yang disebut titik fokus, F. Hal ini tidak tepat benar untuk lensa dengan permukaan sferis. Tetapi akan tidak benar yaitu jika, berkas-berkas paralel akan difokuskan pada satu bagian kecil yang hampir berupa titik jika diameter lesa kecil dibandingkan dengan radius kelengkungan kedua permukaan lensa. Kriteria ini dipenuhi oleh lensa tipis.. ( Giancoli, 2001: 263 – 266 ). Lensa  cembung  adalah  lensa  yang  bagian  tengahnya  lebih tebaldaripada  bagian  pinggirnya.  Lensa  cembung  juga  terdiri  dari  tiga macam  bentuk  yaitu  lensa  bikonveks  (cembung  rangkap),  lensa plankonveks cembung  datar),  dan  lensa  konkaf  konveks  (cembung cekung).  Lensa  cembung  disebut juga  lensa  positif.  Lensa  cembung memiliki  sifat  dapat  mengumpulkan cahaya (konvergen).  Apabila  ada seberkas  cahaya  sejajar  sumbu  utama mengenai  permukaan  lensa,  maka berkas  cahaya  tersebut  akan  dibiaskan melalui  satu  titik.  Titik  dimana cahaya mengumpul disebut titik fokus.
Ketiga  sinar  istimewa  pada  lensa  cembung  adalah  sebagai  berikut  :
1.  Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus.
 2.  Sinar  dating melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
3.  Sinar  dating  melalui  titik  pusat  lensa  diteruskan  tanpa  mengalami pembiasan. (Budi, 2004 : 131-132)

Pembahasan
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara jarak benda(s), jarak benda(s’), dan jarak titik api(f), penulis menjelaskan dengan menampilkan tabel untuk mempermudah pemahaman tentang pokok bahasan yang dikaji.

Tabel 1.1
No.
S(cm)
1/S
S’(cm)
1/S’
1/S+1/S’
1/f
1
30
1/30
63
1/63
0,0488
0.0488
2
35
1/35
47
1/47
0,0492
0.0492
3
40
1/40
41
1/41
0,049
0.049
4
45
1/45
36
1/36
0,049
0.049
5
50
1/50
33
1/33
0,0503
0.0503

Dari tabel di atas dapat diketahui pada Percobaan pertama untuk menentukan jarak bayangan, lensa f=200 mm diletakkan sejauh 30 cm yang merupakan jarak benda (s) dan di dapatkan jarak bayangan 63 cm. yang kedua yaitu lensa f=200 cm diletakkan sejauh 35 cm dari benda(diafragma) dan jarak bayangan(s’) yang diperoleh sejauh 47 cm. kemudian lensa diletakkan sejauh 40 cm sebagai s dan jarak bayangan yang diperoleh yaitu 41 cm. untuk jarak benda ke lensa yang diletakkan sejauh 45 cm diperoleh jarak bayangan sejauh 36 cm. dan terakhir lensa diletakkan sejauh 50 cm dari benda dan jarak bayangan yang diperoleh yaitu sejauh 33 cm. mengukur jarak bayangan itu sendiri yaitu dengan menggeser-geser layar sampai kemudian bayangan tampak jelas pada layar.
Dari data yang diperoleh dari pengukuran jarak benda dan jarak bayangan tersebut maka dapat ditentukan jarak focus yaitu dengan menggunakan rumus gauss, 1/s + 1/s’ = 1/f.
1.      Pada jarak benda 30 cm dan jarak bayangan 63 cm, jarak fokusnya sebesar 20,49 cm.
2.      Pada jarak benda 35 cm dan jarak bayangan 47 cm, jarak fokusnya sebesar 20,33 cm.
3.      Pada jarak benda 40 cm dan jarak bayangan 41 cm, jarak fokusnya sebesar 20,41 cm.
4.      Pada jarak benda 45 cm dan jarak bayangan 36 cm, jarak fokusnya sebesar 20,41 cm.
5.      Pada jarak benda 50 cm dan jarak bayangan 33 cm, jarak fokusnya sebesar 19,88 cm.

Dari data yang diperoleh tersebut dapat diketahui hubungan antara jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik api(f). untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table sebagai berikut.
Hubungan antara jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik fokus.
Tabel 1.2
No.
s (cm)
S’ (cm)
f (cm)
1.
30
63
20,49
2.
35
47
20,33
3.
40
41
20,41
4.
45
36
20,41
5.
50
33
19.,88

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa hubungan antara jarak benda(s) dan jarak bayangan(s’) berbanding terbalik artinya bahwa semakin besar atau semakin jauh jarak benda maka semakin kecil jarak bayangannya. Dan dari hubungan jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak fokus(f) dirumuskan dengan persamaan gauss yaitu :
1/s + 1/s’ = 1/f
dari persamaan diatas bahwa jarak benda dan jarak bayangan berbanding lurus dengan jrak fokus.
Untuk sifat bayangan dari setiap jarak benda yang ditentukan adalah sebagai berikut berikut :
1.      S = 30cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
2.      S = 35cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
3.      S = 40cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
4.      S = 45cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
5.      S = 50cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperkecil

Kesimpulan
Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’) dan jarak titik api (f). Dapat dihubungkan melalui persamaan Gauss yaitu 1/s + 1/s’ = 1/f. artinya bahwa Semakin besar nilai jarak benda (s) maka nilai jarak bayangan (s’) yang didapat akan semakin kecil.

Referensi
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Prasodjo, Budi. 2004. Teori dan Aplikasi Fisika. Bogor : Yudistira
Sutrisno. 1984. Fisika dasar seri Gelombang dan optik. Bandung: ITB