Kamis, 05 April 2012

MATAHARI


MATAHARI
Matahari yang setiap hari memancarkan sinarnya ke bumi dan juga ke planet-planet lain yang ada pada tatasurya kita, adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Pemancaran energi matahari yang sampai ke bumi telah berlangsung terus menerus sejak kurang lebih 5.000.000.000 tahun yang lalu dan akan terus berlangsung sampai waktu yang belum diketahui. Energi matahari yang seakan-akan tak akan habis tersebut, menarik untuk diamati karena sumber energi matahari tersebut ternyata berasal dari reaksi thermonuklir yang sangat dahsyat dan menghasilkan panas dalam orde jutaan derajat celcius. Oleh karena sumber energi matahari berasal dari reaksi thermonuklir, berarti energinya bisa berkurang dan pada akhirnya akan habis manakala reaktan yang terlibat dalam reaksi thermonuklir telah habis bereaksi. Apabila reaktan yang bereaksi telah habis, maka matahari akan padam dan ini berarti kematian bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Tulisan ini akan membahas bagaimana reaksi thermonuklir bisa terjadi di matahari, berapa panas yang dihasilkannya dan kapan reaksi thermonuklir akan berhenti atau kapan matahari akan padam.
Suhu Matahari
Menurut para ahli astronomi modern yang mempelajari keberadaan bintang-bintang di jagat raya ini, matahari kita adalah salah satu bintang diantara 100.000.000 bintang yang ada pada suatu kelompok atau galaksi yang disebut dengan kelompok bintang "Milky Way". Matahari sebenarnya adalah suatu bintang yang besarnya termasuk rata-rata dibandingkan dengan ukuran bintang-bintang lainnya. Banyak bintang lainnya yang ukurannya jauh lebih besar dari pada ukuran matahari kita. Diameter matahari 1.400.000 kilometer yang berarti 100 kali diameter bumi. Gravitasi matahari lebih kuat dari pada gravitasi di bumi, yaitu 28 kali lebih kuat dari pada gravitasi bumi. Cahaya bintangpun ada yang jauh lebih terang yang berarti suhunya juga jauh lebih panas dari pada suhu matahari kita. Matahari tampak sangat besar dibandingkan dengan bintang-bintang yang tersebar di jagat raya ini karena letaknya yang relatif sangat dekat dengan bumi, yaitu sekitar 150.000.000 kilometer. Bintang yang paling dekat dengan bumi adalah bintang Alpha Centauri yang jaraknya 40.000.000.000.000 kilometer dari bumi. Bagaimana kedudukan matahari terhadap bumi dan planet-planet lainnya dalam tata surya kita dapat dilihat pada Gambar 1. Matahari sebagai dapur nuklir menghasilkan panas yang sangat amat tinggi hasil dari reaksi thermonuklir yang terjadi di matahari. Suhu pada pusat matahari (pada inti) diperkirakan mencapai lebih dari 14.000.000 ºC, sedangkan suhu permukaannya relatif dingin, yaitu sekitar 5.000 - 6.000 ºC. Struktur matahari terdiri atas beberapa bagian, yaitu yang ada di pusat disebut "inti matahari", kemudian bagian antara inti matahari sampai dengan permukaan matahari disebut "photosphere". Pada permukaan terdapat bagian yang disebut dengan "sunspots" yang tampak lebih gelap, karena suhunya memang relatif lebih dingin dibandingkan dengan bagian lain. Sunspots bersuhu sekitar 4000 ºC, lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu pada permukaan matahari, sehingga wajar bila tampak lebih gelap kalau dilihat dengan "coronagraph". 
Atmosfer Matahari
Atmosfir matahari terletak di atas permukaan matahari yang sebagian besar berupa gas Hidrogen. Atmosfir matahari terdiri atas 2 bagian utama, yaitu "chromospher" dan "corona". Bagian chromosphere dapat mencapai ketebalan 12.000 kilometer dari permukaan matahari, sedangkan bagian corona tampak bagaikan mahkota berwarna putih yang melingkari matahari. Corona dapat mencapai ketinggian ratusan ribu bahkan dapat sampai jutaan kilometer dari permukaan matahari.
 Suhu pada chromosphere dan pada corona sangat jauh berbeda. Chromosphere yang terletak pada permukaan matahari bersuhu kurang lebih 5.000 ºC, sedangkan suhu pada daerah corona dapat mencapai sekitar 10.000 - 100.000 ºC, atau bahkan dapat lebih tinggi lagi. Suhu corona yang jauh lebih panas dari pada suhu chromosphere, padahal letaknya lebih jauh dari inti matahari sempat menimbulkan pertanyaan diantara para ahli astronomi dan astrofisika. Suhu yang lebih tinggi pada bagian corona ternyata disebabkan karena adanya "kejutan gelombang yang sangat kuat" yang berasal dari gerakan turbulen photosphere yang memanaskan lapisan gas pada corona. Selain dari itu, pada permukaan chromosphere sering terjadi lidah api akibat letusan ataupun ledakan gas yang ada pada permukaan chromosphere. Letusan atau ledakan yang menimbulkan lidah api ini sering disebut dengan "prominence". Lidah api ini dapat mencapai ketinggian ratusan ribu kilometer dari permukaan chromosphere. Prominence ini dapat dilihat jelas pada saat terjadi gerhana matahari total.
 Peristiwa lain yang terjadi pada permukaan chromosphere adalah timbulnya filament gas akibat gerakan gas chromosphere yang panas. Filament gas ini tampak pada permukaan chromosphere sebagai sel-sel kasar yang disebut "supergranulation". Peristiwa-peristiwa tersebut di atas terjadi silih berganti yang menyebebkan timbulnya "plage" dan "flare". Plage adalah keadaan matahari pada saat panas dan bercahaya terang. Sedangkan flare adalah semburan energi tinggi dari permukaan matahari, berupa radiasi partikel sub atomik. Radiasi partikel sub atomik ini dapat sampai ke atmosfir bumi dan memicu terjadinya reaksi inti yang merupakan sumber radiaasi kosmogenis.
Reaksi Thermonuklir
Sudah sejak lama orang memikirkan dari mana asal energi matahari yang begitu panas dan setiap hari dipancarkan ke bumi, namun sampai saat ini belum juga habis sumber energi tersebut. Sampai dengan pertengahan abad ke 19, pada saat orang belum mengenal reaksi nuklir, orang masih menganggap bahwa energi matahari berasal dari bola api besar yang sangat panas. Kalau benar bahwa matahari berasal dari bola api besar, lantas timbul pertanyaan apa yang menjadi bahan bakar bola api tersebut? Para ilmuwan pada saat itu belum bisa menjawab dengan tepat. Mungkinkah kayu, batubara, minyak atau bahan bakar lainnya yang terdapat di matahari yang dibakar berdasarkan reaksi kimia biasa sehingga timbul bola api besar tersebut? Kalau benar bahan-bahan tersebut dibakar untuk menghasilkan energi matahari, maka berdasarkan perhitungan reaksi kimia, energi yang dihasilkan hanya dapat bertahan beberapa ribu tahun saja. Setelah itu matahari akan padam. Padahal matahari telah memancarkan energinya sejak ratusan juta bahkan orde milyard tahun yang lalu. Dengan demikian maka anggapan bahwa sumber energi matahari tersebut berasal dari kayu, batubara, minyak atau bahan bakar lainnya adalah tidak benar. Para ahli astronomi dan juga astrofisika pada saat ini telah memperkirakan bahwa unsur-unsur kimia yang ada di bumi juga terdapat di matahari. Akan tetapi sebagian besar unsur kimia yang terdapat di matahari tersebut, sekitar 80% berupa gas Hidrogen. Sedangkan unsur kedua yang banyak terdapat di matahari adalah gas Helium, kurang lebih sebanyak 19 % dari seluruh massa matahari. Sisanya yang 1 % terdiri atas unsur-unsur Oksigen, Magnesium, Nitrogen, Silikon, Karbon, Belerang, Besi, Sodium, Kalsium, Nikel serta beberapa unsur lainnya. Unsur-unsur kimia tersebut bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub atomik yang terdiri atas inti atom, elektron, proton, neutron dan positron. Gas sub atomik tersebut memancarkan energi yang amat sangat panas yang disebut "plasma". Energi matahari dipancarkan ke bumi dalam berbagai macam bentuk gelombang elektromagnetis, mulai dari gelombang radio yang panjang maupun yang pendek, gelombang sinar infra merah, gelombang sinar tampak, gelombang sinar ultra ungu dan gelombang sinar -x. Secara visual yang dapat ditangkap oleh indera mata adalah sinar tampak, sedangkan sinar infra merah terasa sebagai panas. Bentuk gelombang elektromagnetis lainnya hanya dapat ditangkap dengan bantuan peralatan khusus, seperti detektor nuklir berikut piranti lainnya. Pada saat matahari mengalami plage yang mengeluarkan energi amat sangat panas, kemudian diikuti terjadinya flare yaitu semburan partikel sub atomik keluar dari matahari menuju ke ruang angkasa, maka pada sistem matahari diperkirakan telah terjadi suatu reaksi thermonuklir yang sangat dahsyat. Keadaan ini diduga pertama kali pada tahun 1939 oleh seorang ahli fisika Amerika keturunan Jerman bernama Hans Bethe. Menurut Bethe, energi matahari yang amat sangat panas tersebut disebabkan oleh karena terjadi reaksi fusi atau penggabungan inti ringan menjadi inti yang lebih berat. Reaksi thermonuklir yang berupa reaksi fusi tersebut adalah penggabungan 4 inti Hidrogen menjadi inti Helium, berdasarkan persamaan reaksi inti berikut ini:
(H1 + H1 -> H2 + Beta+ + v + 0,42 MeV) x 2
(H1 + H2 -> He3 + Gamma + 5,5 MeV) x 2
He3 + He3 -> He4 + 2H1 + 12,8 MeV 
---------------------------------------- +
H1 -> He4 + 2Beta+ + 2Gamma + 2v + 24,64 MeV
 Menurut Bethe, reaksi inti yang serupa reaksi fusi tersebut di atas, dapat menghasilkan energi panas yang amat sangat dahsyat. Selain dari itu, karena sebagian besar massa matahari tersebut tersusun oleh gas Hidrogen (80%) dan gas Helium (19%), maka masih ada kemungkinan terjadinya reaksi fusi lain berdasarkan reaksi rantai proton-proton sebagai berikut:
H1 + H1 -> H2 + Beta+ + v 
H1 + H2 -> He3 + Gamma
He3 + He4 -> Be7 + Gamma
Be7 + Beta+ -> Li7 + Gamma + v
------------------------------------ +
Li7 + H1 -> He4 + He4
 Terbentuknya gas Helium berdasarkan reaksi thermonuklir tersebut di atas juga menghasilkan energi yang amat sangat panas. Kemungkinan lain, gas Helium juga dapat terbentuk melalui reaksi nuklir berikut ini :
 Be7 + H1 -> B8 + Gamma
B8 -> Be8 + Beta+ + v 
Be8 -> He4 + He4
 Walaupun reaksi inti tersebut di atas sudah dapat menghasilkan energi yang amat sangat panas, ternyata masih ada kemungkinan lain untuk terjadinya reaksi thermonuklir matahari yang menghasilkan energi yang jauh lebih dahsyat dan lebih panas lagi. Reaksi thermonuklir tersebut akan mengikuti reaksi inti rantai Karbon - Nitrogen sebagai berikut :
C12 + H1 -> N13 + Gamma
N13 -> C13 + Beta+ + v
C13 + H1 -> N14 + Gamma
N14 + H1 -> O15 + Gamma
O15 -> N15 + Beta+ + v
N15 + H1 -> C12 + He4
 Reaksi ratai Karbon - Nitrogen tersebut di atas, menghasilkan panas yang jauh lebih panas dari pada reaksi rantai Proton - Proton maupun reaksi fusi Hidrogen menjadi Helium. Reaksi-reaksi thermonuklir tersebut di atas dapat terjadi di matahari dan juga di bintang-bintang yang tersebar di jagat raya ini. Reaksi thermonuklir sejauh ini dianggap sebagai sumber energi matahari maupun energi bintang. Bintang yang bersinar lebih terang dari pada matahari kita yang berarti pula bahwa suhunya jauh lebih panas, maka reaksi thermonuklir yang terjadi pada bintang tersebut pada umumnya akan mengikuti reaksi rantai Karbon - Nitrogen.
Kapan Matahari Akan Padam?
Pertanyaan kapan matahari akan padam adalah suatu pertanyaan yang sulit dijawab dengan pasti, apalagi kalau harus membuktikan kebenarannya. Namun sama halnya dengan keingintahuan manusia untuk mengetahui berapa umur bumi atau kapan terbentuknya bumi ini, maka para ahlipun berusaha dengan akalnya untuk memperkirakan kapan matahari akan padam. Seperti telah diterangkan di muka, bahwa matahari akan padam manakala reaksi thermonuklir di matahari telah berhenti. Apabila matahari padam, maka kehidupan di muka bumi akan berhenti. Secara empiris telah dapat dibuktikan bahwa ada bintang yang pada mulanya bersinar terang, akan tetapi kemudian sinarnya makin redup dan akhirnya padam. Keadaan ini telah direkam oleh teleskop angkasa luar hubble. Atas dasar ini maka dapat saja matahari pada suatu saat akan padam. Seorang fisikawan Jerman, Hermann von Helmholtz, pada tahun 1825 mengamati perkembangan matahari yang ternyata diameter matahari setiap tahunnya menyusut 85 m. Kalau pengamatan Helmholtz benar, maka berdasarkan perhitungan penyusutan diameter matahari, umur matahari hanya akan bertahan untuk waktu 20.000.000 sampai dengan 25.000.000 tahun sejak matahari mengalami penyusutan. Untuk kurun waktu itu, teori Helmholtz ini cukup memuaskan para ilmuwan, sebelum akhirnya digugurkan oleh teori reaksi thermonuklir yang masih bertahan sampai saat ini. Atas dasar teori thermonuklir sudah barang tentu teori Helmholtz menjadi tidak benar, karena dalam kenyataannya matahari telah bersinar sejak orde 5.000.000.000 tahun yang lalu atau bahkan lebih dari itu, suatu umur yang melebihi perkiraan Helmholtz. Reaksi thermonuklir yang dikemukakan oleh Hans Bethe seperti yang telah diuraikan di muka, sebenarnya mirip dengan reaksi kimia konvensional dalam arti bahwa reaksi masih dapat berlangsung selama masih tersedia unsur atau reaktan yang menyebabkan terjadinya proses reaksi thermonuklir tersebut. Pada reaksi thermonuklir yang terjadi di matahari, sebagai reaktan utama adalah gas Hidrogen. Para ahli astronomi dan astrofisika berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur matahari, maka pemakaian Hidrogen untuk reaksi thermonuklir dalam rangka mendapatkan energi yang amat sangat panas makin bertambah. Pada peristiwa ini energi yang dihasilkan oleh reaksi thermonuklir juga bertambah, sehingga energi radiasi yang dipancarkan matahari juga bertambah. Hal ini berarti pula suhu atmosfir bumi akan naik dan bumi akan terasa makin panas.
Apabila pendapat para ahli astronomi dan astrofisika tersebut benar, yaitu dengan bertambahnya umur matahari akan membuat persediaan gas Hidrogen pada permukaan matahari berkurang, maka jelas bahwa cepat atau lambat matahari pada akhirnya akan padam. Berdasarkan teori ini energi radiasi matahari diperkirakan masih dapat bertahan untuk jangka waktu kurang lebih 10.000.000.000 tahun lagi, setelah itu matahari padam. Contohnya adanya bintang yang pada saat ini sedang dalam proses menuju ke keadaan padam, telah dapat direkam gambarnya oleh teleskop ruang angkasa Hublle. Hal ini secara empiris menunjukkan kemungkinan yang sama dapat terjadi pada matahari kita. Namu apa yang terjadi akan terjadi sebelum waku 10.000.000.000. tahun tersebut terjadi? Secara teori dalam perjalanan menuju waktu 10.000.000.000. tersebut, suhu atmosfir bumi akan naik terus karena energi radiasi yang datang dari matahari bertambah panas. Keadaan ini akan menyebabkan es yang ada di kutub utara dan selatan akan mencair yang mengakibatkan tenggelammnya beberapa daratan atau garis pantai akan bergeser ke arah daratan. Kota-kota yang berada di pantai akan tenggelam. Ini baru merupakan bencana awal bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Bencana berikutnya adalah menguapnya semua air yang ada di bumi ini, karena suhu atmosfir bumi makin panas yang pada akhirnya tidak ada lagi air di muka bumi ini. Bumi yang menjadin kering kerontang tanpa air sama sekali dan suhunya yang panas menyebabkan berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Keadaan ini aka terjadi menjelang waktu mendekati 10.000.000.000 tahun yang akan datang.
Pada saat matahari kehabisan reaktan gas Hidrogen, maka reaksi thermonuklir benar-benar akan berhenti dan ini berarti matahari padam. Matahari yang telah padam ini akan mengeci;l (menyusust) menjadi suatu planet kecil yang dingin membeku yang disebut "White dwarf" atau si kerdil putih yang bukan matahari lagi! Contoh bintang atau planet yang sudah menjadi "white dwarf" di jagat raya ini cukup banyak, salah satunya planet bintang yang pada saat ini sedang menuju kematian seperti yang direkam oleh teleskop ruang angkasa Hubble. Sekali lagi keadaan tersebut akan terjadi 10.000.000.000 tahun yang akan datang. Keterangan ini merupakan jawaban untuk pertanyaan kapan reaksi thermonuklir di matahari berhenti atau matahari padam

Rabu, 04 April 2012

LAPORAN FISIKA


LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR II
“GELOMBANG TALI”


Disusn Oleh :

Nama            : Rahdi
NPM             : A1E011025
Semester       : 2 Kelas A
Kelompok     : I (satu)
Tanggal         : 05 April 2012
Asisten                   : Jesica Dwi Rodesi (A1E009070)

UNIVERSITAS BENGKULU
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Ilmu fisika tentunya mempunyai banyak sekali kajian dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah di bidang gelombang. Di dalam bidang gelombang ini akan terbagi lagi menjadi beberapa bagian, misalnya gelombang elektromagnetik, gelombang mekanik, yang akan masuk lagi ke bagian gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Yaitu gelombang yang merambat memerlukan medium dan tanpa medium. Gelombang-gelombang ini banyak sekali terdapat di sekitar kita. Misalnya gelombang air yang memerlukan medium air untuk merambat.
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sering melihat banyak hal terjadi yang berkaitan dengan tali. Dan berbagai macam jenis tali yang di temukan. kita sering melihat tali yang bergetar kuat dan kurang bergetar. Tentunya ada faktor yang mempengaruhi getaran tali sehingga menimbulkan gelombang yang merambat dalam tali tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan ilmu fisika yaitu gelombang.gelombang pada tali ini termasuk ke dalam gelombang mekanik. Dari hal ini perlu dikaji bagaimana gelombang yang merambat dalam tali tersebut. Oleh karena itu perlu di lakukan pratikum mengenai kinerja gelombang yang merambat melalui tali tersebut.

2.      Rumusan masalah
·         Bagaimana hubungan antara frekuensi gelombang dengan panjang gelombang ?
·         Bagaimana hubungan antara cepat rambat gelombang dengan tegangan tali ?

3.      Tujuan
·         Mempelajari hubungan antara frekuensi gelombang dengan panjang gelombang
·         Mempelajari hubungan cepat rambat gelombang dengan tegangan tali

4.      Defenisi istilah
Ø  Gelombang adalah suatu gangguan yang menjalar dalam suatu medium.
Ø  Frekuensi, f, adalah jumlah puncak-atau siklus lengkap-yang melewati satu titik per satuan waktu
Ø  Periode,T, tentu saja, adalah 1/f, dan merupakan waktu yang berlalu antara dua puncak berurutan yang melewati titik yang sama pada ruang.
Ø  Amplitudo adalah ketinggian maksimum puncak, atau kedalaman maksimum lembah, relatif terhadap tingkat normal (atau seimbang).
Ø  Kecepatan gelombang, v, adalah kecepatan dimana puncak gelombang (atau bagian lain dari gelombang) bergerak.
Ø  tali berosilasi dengan amplitude maksimum, disebut perut
Ø  Titik interferensi destruktif, dimana tali tetap diam, disebut simpul
5.      Hipotesis
·         Semakin besar frekuensi(f) suatu gelombang maka panjang gelombang(λ) tersebut semakin kecil.
·         Semakin besar tegangan tali maka akan semakin besar pula cepat rambat gelombang yang melalui tali tersebut.

6.      Tinjauan pustaka

         Gelombang adalah suatu gangguan yang menjalar dalam suatu medium. Yang dimaksud dengan medium disini ialah sekumpulan benda yang saling berinteraksi dimana gangguan itu menjalar.
         (Sutrisno,1979: 5)
         Gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan energi dan momentum dari satu titik didalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi. Pada gelombang mekanik, seperti gelombang pada tali atau gelombang bunyi di udara, energi dan momentum dipindahkan melalui gangguan dalam medium.
(Tipler, 1998: 471)
         Jika kita menggoyang salah satu ujung tali (atau pegas) dan ujung yang satunya tetap, suatu gelombang yang kontinu akan merambat ke ujung yang tetap dan dipantulkan kembali, dengan terbalik. Sementara kita menggetarkan tali tersebut, akan ada gelombang yang merambat di kedua arah, dan gelombang yang merambat ke ujung tetap akan berinterferensi dengan gelombang pantulan yang kembali. Biasanya akan ada kekacauan. Tetapi jika kita menggetarkan tali dengan frekuensi yang tepat, kedua gelombang akan berinterferensi sedemikian sehingga akan dihasilkan gelombang berdiri dengan amplitudo besar. Gelombang ini disebut “gelombang berdiri” karena tampaknya tidak merambat. Tali hanya berosilasi ke atas ke bawah dengan pola yang tetap. Titik interferensi destruktif, dimana tali tetap diam, disebut simpul; titik-titik interferensi konstruktif, dimana tali berosilasi dengan amplitude maksimum, disebut perut. Simpul dan perut tetap di posisi tertentu untuk frekuensi tertentu.
         Dihasilkan tepat pada dua atau tiga kali frekuensi terendah dengan menganggap tegangan tali sama. Tali juga dapat bergetar dengan empat loop pada empat kali frekuensi terendah, dan seterusnya.
                  Sebuah tali yang direntangkan antara dua penopang yang dipetik seperti senar gitar atau biola, gelombang dengan bebagai frekuensi akan merambat pada kedua arah tali lalu akan dipantulkan di bagian ujung kemudian akan merambat kembali denagn arah yang berlawanan. Ujung-ujung tali, karena diikat tetap, akan menjadi simpul.
         (Giancoli, 2001: 392-394)


Minggu, 01 April 2012

astronomi

Dokumen Harian: Maret 24, 2012

Astronomi (Ilmu Perbintangan)

Pada bagian awal sejarahnya, astronomi memerlukan hanya pengamatan dan ramalan gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Rigveda menunjuk kepada ke-27 rasi bintang yang dihubungkan dengan gerakan matahari dan juga ke-12 Zodiak pembagian langit. Yunani kuno membuatkan sumbangan penting sampai astronomi, di antara mereka definisi dari sistem magnitudo. Alkitab berisi sejumlah pernyataan atas posisi tanah di alam semesta dan sifat bintang dan planet, kebanyakan di antaranya puitis daripada harfiah; melihat Kosmologi Biblikal. Pada tahun 500 M, Aryabhata memberikan sistem matematis yang mengambil tanah untuk berputar atas porosnya dan mempertimbangkan gerakan planet dengan rasa hormat ke matahari.


Penelitian astronomi hampir berhenti selama abad pertengahan, kecuali penelitian astronom Arab. Pada akhir abad ke-9 astronom Muslim al-Farghani (Abu’l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara ekstensif tentang gerakan benda langit. Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12. Pada akhir abad ke-10, observatorium yang sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang mengamati rentetan transit garis bujur Matahari, yang membolehkannya untuk menghitung sudut miring dari gerhana. Di Parsi, Umar Khayyām (Ghiyath al-Din Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak tabel astronomis dan melakukan reformasi kalender yang lebih tepat daripada Kalender Julian dan mirip dengan Kalender Gregorian. Selama Renaisans Copernicus mengusulkan model heliosentris dari Tata Surya. Kerjanya dipertahankan, dikembangkan, dan diperbaiki oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Kepler adalah yang pertama untuk memikirkan sistem yang menggambarkan dengan benar detail gerakan planet dengan Matahari di pusat. Tetapi, Kepler tidak mengerti sebab di belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian diwariskan kepada Isaac Newton yang akhirnya dengan penemuan dinamika langit dan hukum gravitasinya dapat menerangkan gerakan planet.
Bintang adalah benda yang sangat jauh. Dengan munculnya spektroskop terbukti bahwa mereka mirip matahari kita sendiri, tetapi dengan berbagai temperatur, massa dan ukuran. Keberadaan galaksi kita, Bima Sakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah hanya terbukti pada abad ke-20, serta keberadaan galaksi “eksternal”, dan segera sesudahnya, perluasan Jagad Raya dilihat di resesi kebanyakan galaksi dari kita.
Kosmologi membuat kemajuan sangat besar selama abad ke-20, dengan model Ledakan Dahsyat yang didukung oleh pengamatan astronomi dan eksperimen fisika, seperti radiasi kosmik gelombang mikro latar belakang, Hukum Hubble dan Elemen Kosmologikal.
Tata Surya
Dahulu orang mengira bahwa bumi yang kita tempati ini adalah pusat jagat raya. Artinya benda-benda langit yang kita lihat seperti matahari, bulan, planet-planet dan bintang-bintang bergerak mengelilingi bumi. Tetapi ternyata perkiraan itu salah. Memang sih kelihatannya kalau kita melihat dari bumi kayaknya benda-benda langit itulah yang mengelilingi bumi. Orang yang pertama kali menentang bahwa bumi bukan pusat jagat raya adalah Nicolai Copernicus (1473-1543).
Copernicus meneliti jagat raya hampir setiap malam, dia mencatat posisi bintang-bintang. Dan menyadari bahwa ternyata posisi bintang tersebut selalu berubah tiap tahunnya. Logikanya jika benda-benda langit itu mengelilingi bumi maka posisi dari benda-benda langit tersebut tidak akan berubah. Selain itu Copernicus juga mengamati bahwa planet-planet memancarkan cahaya yang berubah-ubah kekuatannya. Hal ini terjadi karena jarak antara bumi dan planet berubah-ubah dan ini tidak mungkin terjadi jika bumi menjadi pusat jagat raya.
Sekarang kita mengetahui bahwa bumi bukan pusat dari jagat raya. Bumi hanyalah sebuah planet yang ada di dalam sebuah sistem yang disebut tata surya di mana matahari (=surya) menjadi pusatnya. Bahkan kita juga sekarang sadar bahwa matahari bukan juga pusat dari jagat raya. Matahari hanyalah sebuah bintang dan ada begitu banyak bintang di jagat raya. Jutaan bahkan mungkin milyaran bintang ada di jagat raya. Matahari dan tata surya melayang-layang di jagat raya yang maha luas yang kita tidak pernah tahu di mana pusatnya.
Seperti disebut di atas bumi ada di dalam sebuah sistem yang disebut tata surya. Sekarang mari kita lihat tata surya kita. Tata surya kita terdiri dari matahari sebagai pusat dan 9 planet yang bergerak mengelilinginya. Susunannya adalah sebagai berikut :
Selain planet-planet ada juga benda langit lainnya yang disebut satelit. Satelit adalah benda langit yang mengelilingi sebuah planet. Contohnya adalah bulan. Bulan adalah satu-satunya satelit bumi. Bulan bergerak mengitari bumi. Planet-planet yang lain juga memiliki satelit bahkan lebih dari satu. Misalnya Mars memiliki 2 satelit namanya Phobos dan Deimos. Saturnus memiliki satelit terbanyak :19 satelit !! Hampir semua planet memiliki satelit kecuali Merkurius dan Venus.
Zodiac Constellations
Suatu rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.
Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak, dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula, sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius.
Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.
Beragam pola-pola lainnya yang tidak resmi telah ada bersama-sama dengan rasi bintang dan disebut asterisma, seperti Bajak (juga dikenal di Amerika Serikat sebagai Big Dipper) dan Little Dipper
Pada sidang umumnya yang pertama tahun 1922, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) secara resmi mengadopsi daftar modern 88 rasi. Dalam sidang umum tersebut diputuskan juga penggunaan secara eksklusif nama latin dan singkatan dengan tiga huruf dalam penyebutannya. (A.Fowler (1922). “Meetings of Standing Committees”. Transactions of the International Astronomical Union I: 158.)
Eugène Delporte kemudian ditunjuk untuk mendefinisikan batas-batas yang tegas untuk tiap rasi, sehingga setiap titik di langit pasti berada dalam wilayah satu rasi, dan tidak mungkin tumpang tindih dengan rasi yang lain.
Sebenarnya istilah rasi lebih tepat digunakan untuk mendefinisikan suatu daerah tertentu pada bola langit, namun istilah itu sudah digunakan secara luas untuk menyebut sebuah pola susunan bintang yang dikandung oleh daerah tersebut.
Rasi Bintang Pelukis Langit Malam
Agaknya semua orang setuju bahwa memandangi langit bertaburan cahaya bintang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam diri manusia. Bagi orang yang sedang kasmaran, langit malam sering menjadi inspirasi dalam mengekspresikan rasa hatinya. Tidak percaya? Coba hitung ada berapa buah lagu yang melukiskan keindahan langit malam. Sebut saja yang terkenal diantaranya Stardust yang dipopulerkan oleh Nat King Cole dan Fly Me To The Moon oleh Sinatra. Dari negeri sendiri, sang maestro Ismail Marzuki dalam sebuah masterpiece-nya melukiskan kekagumannya pada seorang “Juwita Malam” dengan metafora keindahan bintang timur.
Tetapi keindahan langit malam tidak hanya milik orang-orang sedang kasmaran saja. Gemerlap cahaya bintang dapat menumbuhkan sisi spiritual dari diri seorang manusia. Kemisteriusan dan kemagisan langit malam sejak dahulu telah “menyadarkan” manusia akan adanya kuasa yang lebih besar darinya, yang dapat menguasai apa yang tidak dapat manusia jangkau: langit.
Dalam banyak peradaban kuno sebelum masehi bintang-bintang mempunyai kedudukan yang tinggi. Orang-orang zaman dahulu percaya bintang-bintang di langit mempunyai pengaruh terhadap kehidupan mereka di bumi. Mereka melihat bintang-bintang tersebut sebagai suatu pola -kini dikenal sebagai konstelasi atau rasi bintang- yang menempati suatu wilayah tertentu di langit. Berkembanglah mitologi atau legenda dari berbagai peradaban kuno tentang rasi-rasi bintang.
Salah satu rasi bintang yang dikenali oleh banyak peradaban dan memiliki beragam kisah adalah Rasi Leo, rasi yang digambarkan sebagai singa perkasa. Dalam mitologi Yunani Rasi Leo dikisahkan sebagai singa raksasa yang terkenal buas, yang harus dikalahkan Herkules demi memenuhi tugas yang diberikan oleh dewi Hera. Herkules berhasil memenangi pertarungan sengit tersebut. Sebagai penghormatan, dewi Hera menempatkan singa buas tersebut di satu bagian langit, menjadi singa yang tak lagi mematikan.
Lain lagi menurut orang-orang Mesir kuno. Bagi mereka Leo bukanlah satu makhluk yang harus dikalahkan Herkules, melainkan salah satu dewa yang mereka sembah, dewa singa yang sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tidak hanya orang-orang Yunani dan Mesir yang melihat bentuk singa pada rasi ini. Orang-orang Sumeria juga telah melihat bentuk singa dan menyebutnya Ser. Orang-orang Turki menyebutnya Artan. Orang-orang Syria menyebutnya Aryo. Arye bagi orang-orang Yahudi dan Aru bagi orang-orang Babylonia. Beragam sebutan dengan makna yang sama, singa.
Banyak lagi kisah-kisah menarik yang lahir dari memandangi langit malam, Rasi Leo hanya salah satunya. Kadang apa yang dilihat oleh satu peradaban tidak sama dengan yang dilihat oleh peradaban lainnya. Tujuh bintang yang sangat menyolok di belahan langit utara yang seolah-olah membentuk sebuah gayung raksasa adalah contohnya. Nenek moyang bangsa kita dahulu melihat tujuh bintang ini sebagai bintang biduk atau sampan, perahu. Lain di barat, lain di timur. Bagi orang Yunani kuno rasi ini tampak sebagai seekor beruang karena mereka tidak hanya melihat ketujuh bintang saja tetapi dengan bintang-bintang lainnya di sekitar tujuh bintang tersebut. Jadilah mereka melihat bentuk beruang pada rasi itu. Bagi orang Romawi rasi ini tampak tidak hanya sebagai beruang biasa tetapi sebagai beruang besar, disebut Ursa Major. Rasi ini kini lebih dikenal sebagai big dipper atau gayung raksasa.
Selain mitologi yang tidak kalah menarik jika mendengar kata rasi bintang adalah zodiak. Kebanyakan pikiran orang langsung tergiring pada dunia ramal-meramal tanpa berminat mengetahui dasar ilmunya. Memang metode membaca masa depan sangat bervariasi tetapi zodiak sebagai pemeran utamanya tentulah sama.
Zodiak dapat diartikan sebagai wilayah tempat dua belas rasi bintang yang tampak dari bumi dilintasi oleh matahari setiap tahunnya. Dua belas rasi tersebut, jika tidak ingin melihat majalah, adalah Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces. Revolusi bumi mengelilingi matahari tiap tahunnya menyebabkan matahari tampak seolah-olah bergerak dalam lintasan yang sama tiap tahunnya – meskipun ini tidak benar karena adanya gerak presesi yang mengakibatkan perubahan perlahan-lahan dalam posisi benda langit, dalam kurun waktu yang sangat lama. Lintasan matahari itu disebut ekliptika. Dalam gerak semu tahunannya itu matahari tampak dari bumi melintasi duabelas rasi bintang yang sama pada suatu saat setiap tahunnya. Bangsa Babylonia diperkirakan sebagai bangsa yang pertama kali mengenal zodiak sejak 2000 SM.
Tetapi marilah kita tinggalkan persoalan ramal-meramal kepada ahlinya saja. Dalam ilmu astronomi sendiri zodiak tidak menempati kedudukan yang teristimewa selain karena letaknya yang “strategis” tampak dilewati matahari setiap tahunnya. Tidak seperti dalam dunia astrologi dimana zodiak dianggap mempunyai pengaruh terhadap segala peristiwa di bumi.
Meskipun begitu, rasi bintang, termasuk zodiak diantaranya, bermanfaat bagi manusia. Pada dasarnya kegiatan mengelompokkan bintang dan “menganugerahinya” bentuk secara suka-suka telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Telah sejak lama pula rasi-rasi bintang di langit digunakan manusia sebagai petunjuk arah dan waktu. Salah satu contohnya adalah Big dipper atau Ursa Major yang sejak dahulu telah digunakan sebagai petunjuk arah utara. Agaknya orang-orang zaman dahulu telah menyadari bahwa rasi bintang muncul pada saat dan wilayah langit yang sama dalam kurun waktu tertentu setiap tahunnya sehingga dapat digunakan untuk keperluan navigasi.
Catatan tentang rasi bintang dapat ditemukan dalam buku karya Ptolemaeus, Almagest, dimana disebutkan di dalamnya tentang 48 buah rasi bintang yang dikenal saat itu. 47 diantaranya sama dengan yang dikenal saat ini. Sejak tahun 1928 International Astronomical Union (IAU) meresmikan 88 buah rasi bintang berikut batas-batas rasinya untuk menghindari adanya “sengketa” wilayah antara satu rasi dengan yang lainnya. Pemetaan langit seperti ini berguna sebagai “alamat” bintang-bintang, galaksi, dan obyek langit lainnya sehingga memudahkan kerja para astronom dalam penelitian astronomi.
Bintang-bintang dalam suatu rasi sebenarnya tidak terletak berdekatan seperti yang kita lihat dari bumi. Satu bintang dengan bintang lainnya dalam suatu rasi dapat terpisah jutaan tahun cahaya dan sebenarnya tidak punya urusan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena jarak kita di bumi dengan bintang-bintang tersebut sangat jauh, bintang-bintang tersebut tampak berdekatan dilihat dari bumi.
Sebagian bintang tidak dapat dilihat oleh sebagian orang di wilayah tertentu di bumi ini. Polaris yang letaknya dekat dengan kutub utara contohnya, tidak dapat dilihat oleh orang-orang di benua Australia. Crux atau bintang salib selatan adalah satu contoh bintang di belahan langit selatan yang tidak dapat dilihat dari Inggris di belahan bumi utara. Langit malam dengan rasi-rasi bintangnya yang kita lihat dari tempat kita di Indonesia tentunya berbeda dengan langit malam yang dilihat di Belanda.
Tiap bintang memiliki karakteristik masing-masing walau berada di kelompok rasi yang sama. Dapat berupa bintang tunggal, ganda, bahkan majemuk. Sama dengan manusia, bintang-bintang pun berevolusi. Bintang yang kita lihat tidak kita sadari tengah mengalami proses evolusi, misalnya pada tahap awal hidupnya. Bahkan tidak jarang kita mengira tengah melihat sebuah bintang, ternyata yang kita lihat adalah sebuah planet atau bahkan nebula. Planet memang tampak dari bumi hanya seperti sebuah titik cemerlang, seperti layaknya sebuah bintang. Yang membedakan antara keduanya adalah kegenitannya dalam berkedip. Bintang karena mengeluarkan cahayanya sendiri senantiasa tampak berkelap-kelip sedangkan planet tidak berkelap-kelip karena ia hanya memantulkan cahaya, tidak mengeluarkan cahaya.
Penggunaan abjad Yunani untuk bintang-bintang dalam suatu rasi menunjukkan tingkat kecerlangan (magnitudo) bintang-bintang tersebut. α menandakan bintang yang paling terang pada suatu rasi, β menandakan bintang kedua yang paling terang dalam rasi tersebut, γ bintang ketiga paling terang dalam rasi tersebut, dan begitu seterusnya. Contohnya dalam rasi Orion sang pemburu, α-Orionids adalah bintang Betelgeuse dan β-Orionids adalah bintang Rigel. Keduanya termasuk ke dalam duapuluh bintang paling terang jika dilihat dari bumi. Sistem penamaan bintang dengan abjad Yunani seperti ini diperkenalkan oleh Johann Bayer, ahli astronomi dari Jerman.
Para penghuni langit malam memang tak pernah bosan-bosannya mengundang manusia untuk mengenalnya. Setelah ini memandangi keindahan langit malam tentunya tidak lagi melamunkan si dia, tapi bisa saja misalnya memikirkan berapa magnitudo bintang-bintang tersebut, atau sedang dalam tahap evolusi apa bintang tersebut, atau hal-hal lain dari segi astronomis. Malam nanti jika langit cerah anda bisa berkenalan lebih jauh dengan para penghuni langit malam, cukup dari belakang pekarangan rumah anda dengan ditemani secangkir kopi hangat dan alunan lagu dari Sinatra. Tidak ada teleskop, binokuler pun jadi. Jika anda berminat lebih jauh, segera cari informasi tentang kegiatan star party dari klub astronomi di kota anda. Tidak salah rasanya mengatakan bahwa rasi bintang adalah jembatan untuk mengenal ilmu astronomi lebih dalam. Fly me to the moon and let me play among the stars.. Let me see what spring is like on Jupiter and Mars!
Kontroversi munculnya zodiak baru
Seorang ahli astronomi dari Minneapolis, Prof. Parke Kunkle telah mempublikasikan rasi bintang baru bernama OPHIUCHUS, berdampak pada pergeseran zodiak, saya yang awalnya taurus jadi aries.
Berikut pergeseran zodiak:
* Capricornus: 21 Januari-16 Februari (26 hari)
Karakter umum: Pendiam, rajin, ambisius, materialis, gengsi tinggi, suka memerintah, suka memperalat orang lain
* Aquarius: 16 Februari-11 Maret (24 hari)
Karakter umum: Tenang, objektif, jenius, penuh ide, cepat mengerti
* Pisces: 11 Maret-18 April (38 hari)
Karakter umum: Sangat perasa (dari sisi manusiawi), penuh cinta, praktis, suka mengkhayal
* Aries: 18 April-13 Mei (25 hari)
Karakter umum: Agresif, enerjik, impulsif, pemimpin, tidak sabaran, egois, cepat emosi
* Taurus: 13 Mei-22 Jun (40 hari)
Karakter umum: Keras kepala, materialistis, pasif, ramah, sabar, praktis, setia, toleran
* Gemini: 22 Juni-21 Juli (29 hari)
Karakter umum: Lincah, pandai berbicara, tidak stabil, mudah berubah-ubah, mudah gugup, sangat peka
* Cancer: 21 Juli-10 Agustus (20 hari)
Karakter umum: Sentimentil, setia, penuh perhatian, sulit memaafkan, daya ingat kuat
* Leo: 10 Agustus-16 September (37 hari)
Karakter umum: suka memimpin, dermawan, penuh gaya, aristokratik, congkak, percaya diri tinggi
* Virgo: 16 September-31 Oktober (45 hari)
Karakter umum: Praktis, analistis, kritis, berkepala dingin, logis, rajin, sederhana
* Libra: 31 Oktober-23 November (23 hari)
Karakter umum: Penuh keraguan, bimbang, adil pandai bermuka dua, naluri kuat, mempesona
* Scorpio: 23 November-29 November (enam hari)
Karakter umum: Panjang akal, pendiam, pendendam, gigih, tekun
* OPHIUCHUS: 29 November-18 Desember (19 hari)
Karakter umum: Belum dikategorisasikan
* Sagitarius: 18 Desember-21 Januari (34 hari)
Karakter umum: Berjiwa petualang, pandai, suka kebebasan, mandiri, pandai berdiplomasi, berpandangan luas.
ada yang percaya ada yang membantah salah satunya astrolog Jonathan Cainer, “Dia (Kunkle-red) benar kalau bumi berubah, tetapi astrolog selama ini tidak mendasarkan prediksi mereka pada konstelasi bintang,”
“Sebuah bintang dinamakan atas konstelasinya, bukan pada posisi mereka di angkasa,” lanjut Cainer.
Cainer mengatakan orang-orang tidak perlu mengkalkulasi ulang bintangnya setelah penambahan satu bintang Ophiuchus. “Ini penuh dengan omong kosong,” kecamnya.
Apakah yang dikatakan oleh Prof. Parke Kunkle memang benar?
Tapi kenapa bisa berubah….?
Peristiwa tersebut terjadi akibat bergesarnya poros sumbu bumi (atau yang dikenal dengan gerak Presesi Bumi yang memiliki periode 26.000 tahun sekali, dan gerak nutasi atau gelombang kecil) mengakibatkan terjadi pergeseran arah lintasan gerak matahari selama setahun di langit. Jejak-jejak matahari selama satu tahun disebut dengan daerah lingkaran ekliptika, dan disepanjang lingkaran tersebut rasi-rasi bintang yang terlewati oleh lingkaran ekliptika diberi nama dengan daerah zodiak. Itulah kekhasan dari zodiak. Karena ke-khasannya tersebut, para astrolog mengkaitkan dengan sifat – sifat manusia di muka Bumi.
Hanya saja kenapa Ophiuchus tidak masuk dalam list horoscope? Dari sejarah-sejarah bangsa Romawi dahulu, bahwa angka ganjil dipercaya sebagai angka sial. Apalagi dalam hal ini jika zodiak menjadi 13 maka tentu saja akan menjadi sangat gelisah bagi para masyarakat awam, karena sudah ter-sugesti sejak awal.
Bintang LIBRA:
rasi bintang ARIES:
Spoiler for rasi bintang SAGITTARIUS:
rasi bintang VIRGO:
rasi bintang CAPRICORN:
rasi bintang TAURUS:
rasi bintang PISCES:
rasi bintang GEMINI:
rasi bintang SCORPIO:
rasi bintang CANCER:
rasi bintang AQUARIUS:
Astronomi dan Astrologi
Dua nama ini hampir mirip, kajian ilmunya juga hampir sama, tetapi ada perbedaan di antara keduanya.
Astronomi atau dikenal dengan ilmu bintang adalah ilmu yang mempelajari dan mengamati kejadian, wujud fisik di luar …Bumi. Dalam hal ini adalah pergerakan benda-benda luar angkasa seperti planet, satelit, komet dan lain sebagainya.
Sedangkan ilmu Astrologi adalah ilmu yang menerjemahkan pergerakan benda-benda langit menjadi sesuatu yang berhubungan karakteristik manusia. Sejalan dengan perkembangannya, ilmu Astrologi dipercaya bisa membuka rahasia peruntungan dan nasib manusia. Mulai dari kesehatan, keuangan, percintaan dan lain sebagainya.
Latar belakang perbedaan ini juga yang mungkin menimbulkan beda pendapat antara pakar Atronomi Prof. Parke dan pakar Astrolog Jonatan Cainer.
berikut 88 rasi bintang
Andromeda = Puteri Ethiopia
Antlia = pompa air
Apus = burung surga
Aquarius = pembawa air
Aquila = garuda
Ara = altar
Aries = biri-biri jantan
Auriga = pengemudi kereta perang
Bootes = penggembala
Caelum = alat pemahat
Camelopardus = jerapah
Cancer = ketam
Canes Venatici = anjing-anjing pemburu
Canis Major = anjing besar
Canis Minor = anjing kecil
Capricornus = kambing laut
Carina = lunas kapal Argonauts
Casiopeia = ratu Ethiopia
Centaurus = Centaur
Cepheus = raja Ethiopia
Cetus = ikan paus
Chamaeleon = bunglon
Circinus = kompas
Columba = merpati
Coma Berenices = rambut Berenice
Corona Australis = mahkota selatan
Corona Borealis = mahlota utara
Corvus = burung gagak
Crater = cangkir
Crux = salib selatan
Cygnus = angsa
Delphinus = ikan lumba-lumba
Dorado = ikan todak
Draco = naga
equuleus = kuda kecil
Eridanus = sungai
Fornax = tungku
Gemini = kembar
Grus = burung bangau
Hercules = Hercules, anak Zeus
Horologium = jam
Hydra = naga laut
Hydrus = ular air
Indus = Indian
Lacerta = kadal
Leo = singa
Leo Minor = singa kecil
Lepus = kelinci
Libra = timbangan neraca
Lupus = serigala
Lynx = sejenis kucing liar
Lyra = sejenis kecapi
Mensa = meja (pegunungan)
Microscopium = mikroskop
Monoceros = kuda bertanduk satu
Musca = lalat
Norma = timbangan datar
Octans = oktan
Ophiuchus = tangan naga
Orion = pemburu
Pavo = merak
Pegasus = kuda bersayap
Perseus = Perseus
Phoenix = burung dalam dongeng
Pictor = kuda-kuda
Pisces = ikan
Piscis Austrinus = ikan selatan
Puppis = buritan kapal Argonauts
Pyxis = kompas di kapal Argonauts
Reticulum = jaring
Sagitta = anak panah
Sagittarius = pemanah
Scorpius = kalajengking
Sculptor = alat ahli pahat
Scutum = perisai
Serpens = naga
Sextans = sekstan
Taurus = lembu jantan
Telescopium = teleskop
Triangulum = segitiga
Triangulum Australis = segitiga selatan
Tucana = semacam burung
Ursa Major = beruang besar
Ursa Minor = beruang kecil
Vela = layar kapal Argonauts
Virgo = gadis
Volans = ikan terbang
Vulpecula = rubah
 Artikel Terkait :

Melihat Rasi Bintang

Posted on August 22, 2009 by Aryansah
Karena 2 malam lalu (berturut-turut) saya diberi kesempatan menikmati langit malam tanpa cahaya lampu, akhirnya saya menulis kembali tentang rasi bintang. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Warung Daweung di daerah Bukittunggul, yang kedua, di Kaki Gunung Ciremai.
Setelah mempelajari lagi, ternyata rasi bintang itu bergerak dari malam menuju subuh (karena bumi berotasi). Seperti layaknya matahari yang bergerak dari timur ke barat. 2 malam yang lalu, saya berhasil menemukan beberapa rasi baru setelah melihat peta bintang.
Jadi, ada Crux (pari), ursa minor (biduk), orion, Scorpio, Libra, Corona Borealis (kalo gak salah nulis, lupa, hehehe) , Cygnus (angsa), Centaurus, triangulum australe (lupa juga nulisnya gimana) yang sudah berhasil saya temukan, ditambah beberapa planet, seperti jupiter yang tiap hari bisa kita lihat di sebelah timur sesaat setelah matahari tenggelam, ada juga merkuri, dan saturnus. Biasanya ada yang bersinar paling terang duluan dan sendiri di langit timur sesaat setelah matahari tenggelam. Nah, itu bukan bintang, melainkan planet Jupiter yang masih bisa dilihat dengan mata telanjang.
Dan, setelah saya melihat dan mempelajari lagi, rasi bintang itu lebih rame di langit selatan, barat, dan timur, di utara juga ada, tapi tidak sebanyak di 3 penjuru itu. Saran saya untuk memulai menikmati dan mecari rasi bintang adalah :
1. Cari tempat dengan polusi cahaya minim sekali, seperti di atas bukit, di perkampungan yang agak pedalaman, di tempat camping, pokoknya di tempat selain kota dengan cahaya di sekitarnya tidak terlalu besar.
2. lebih asik lagi kalo punya binocular atau mungkin teleskop (ada yang mau beliin saya..?? hehehe..)
3. Cari musim kemarau (seperti sekarang), waktunya setelah maghrib, sekitar jam 06.30. bintang udah bisa kita lihat.
4. Posisi yang enak itu adalah, matahari yang tenggelam ada di sebelah kanan kita, artinya kita menghadap selatan.
5. Jika, sunset ada di kanan kita, maka di sebelah kiri kita, kita bisa melihat Jupiter lagi sendirian.
6. Gak berapa lama kemudian, udah agak gelap, kita bisa lihat Crux (pari) di hadapan kita (selatan).  Di dekat Crux itu ada rasi Centaurus. Crux ini berada tepat pada kaki belakangnya Centaurus. Centaurus ini rasinya agak susah dihubungkan, gede banget. yah, jadi harus sambil bawa peta rasi bintang.
7. Kalo kita mendongakkan kepala kita ke atas, sekitar 80 derajat, kita bisa menemukan bintang (tidak terlalu terang) yang berwarna kemerahan, itu namanya bintang Antares, yang ada di dalam rasi bintang Scorpio. Ya, Antares itu adalah lehernya si scorpio, jadi, cari sendiri yah, hehehe.. Disebelah kanan dikitnya kepala scorpio ada rasi bintang Libra yang berbentuk lebih mirip jajaran genjang (agak sulit dicari, karena bintang2nya kurang terang).
8. Kalo kita melihat ke arah balik (utara) kita, kita bisa lihat cygnus (angsa). bentuknya seperti angsa yang sedang terbang, lehernya panjang, sayapnya lebar. Di utara pun, bisa kita lihat Biduk, tapi biasanaya sudah agak tenggelam.
9. Di sebelah barat agak ke utara bisa kita lihat Corona Borealis yang berbentuk seperti mangkok yang menghadap langit utara. Oyah, lupa, Triangulum australe ada di sebelah selatan agak ke timur dekat rasi Crux.
10. Orion, ini harus menunggu hingga menjelang fajar. Bisa gampang dikenali dengan Orion’s belt-nya 3 bintang kembar yang membentuk garis lurus. Terbitnya biasanya dari arah timur.
11. Oh iya, di sebelah barat agak utara juga kita bisa lihat rasi Bintang Herkules, cuman saya belum nemu.. hehehe..
Oyah, kalo mau, ada software untuk belajar mencari rasi bintang yang user friendly, namanya Stellarium. Download aja, dan temukan asiknya mencari rasi Bintang, hehehehe.. =)
Ini sedikit tampilan untuk langit selatan dan barat yang saya peroleh dari Stellarium dengan lokasi Bandung dan waktu pengamatan sekitar pukul 7 malam.
selatanPenampakan langit selatan pukul 7 malam, Bandung
baratPenampakan langit Barat pukul 7 malam, Bandung
utara timurPenampakan Langit Timur Laut pukul 7 malam, Bandung
(Disadur dari berbagai sumber)